WATAK BAYI MENURUT WAKTU KELAHIRAN

Watak
Bayi menurut waktu kelahiran
1.          
Wuku Sinta. Dewanya
Batara Yamadipati, kayunya gendayakan, wataknya : menjadi pelindung orang orang
yang sakit, burungnya gagak, mengerti akan wahyu, degungnya didepan
memperlihatkan hartanya, memegang umbul-umbul (panji-panji) memiliki kemuliaan.
Wuku Sinta = wulan kerahinan, pada usia setengah tua mendapat celaka hatinya
tidak tentram, segala sesuatu mendapatkan rintangan/kandas ditengah jalan.
Sedekahnya : nasi pulen (nasi putih yang dapat dikepal) dari beras sepitrah
dengan lauk pindah daging kerbau seharga 21 keteng tanpa menawar, doanya :
tulak bilahi (penolah celaka). Kalanya : berada di Timur Laut menghadap
Selatan, selama 7 hari dilarang berjalan kearah tersebut (tempat kedudukan
kala).
2.          
Wuku Landep.
Dewanya Bumi Batara Maha Dewa, kayunya gendayakan, wataknya sebagai pelindung
orang sakit, burungnya atat kembang (peliharaan para bangsawan), sering bekerja
pada orang gedungnya didepan, memperlihatkan hartanya, kakinya terendam dalam
air, perintahnya mengakibatkan baik. Wuku Landep = sinar matahari, membuat
terang hati manusia, celakanya jika kejatuhan pohon kayu, sedekahnya : tumpeng
dari beras sepitrah serta lauk daging rusa yang dikolak, digecok (lelawar)
serta dibakar. Doanya Kabul, selawatnya 4 keteng. Kalanya : berada di barat
menghadap ke Timur, dilarang berjalan kearah tersebut selama 7 hari.
3.          
Wuku Wukir.
Dewanya Bumi Batara Mahayekti, kayunya nagasari, wataknya prihatin, burungnya
manyar, tidak senang jika ada yang melebihi dirinya, sopan santun budinya,
airnya didepan. Dimanapun ia berada (wuku wukir), akan memerintah, gedungnya
didepan menunjukkan harta bendanya dengan tanggung jawab. Wuku Wukir = dari
jauh terlihat indah tetapi jika didekati berbahaya, artinya : budinya tidak
dapat dipercaya, celakanya difitnah. Sedekahnya : nasi gurih dari beras
sepitrah dengan lauk daging ayam putih dilembaran (ingkung) dan 5 macam
kuluban. Doanya rajukna, selawatnya 5 keteng. Kalanya : berada di Tenggara
menghadap Barat Laut, dilarang berjalan kearah tersebut kearah tersebut selama
7 hari.
4.          
Wuku Kurantil.
Dewanya Bumi Batara Langsur, kayunya ingas, wataknya : hatinya cepat panas
tetapi hanya sebentar, burungnya slinditan, tak suka berdiam diri, gedungnya
menengadah, suka menghamburkan uang tanpa melihat keperluannya (lewerweh),
boros, airnya berada di sebelah kiri, suka serong, memegang panji / umbul-umbul
mempunyai kehormatan / kemuliaan. Wuku Kurantil = anggara kasih nuju wogan,
artinya pendiriannya tidak tetap, celakanya jika memanjat, sedekahnya : dari
beras sepitrah dibuat tumpeng dengan lauk 7 keteng. Kalanya : berada di bawah
menghadap keatas, dilarang memanjat selama 7 hari.
5.          
Wuku Tolu.
Dewanya Bumi Batara Bayu, burungnya branjangan, wataknya mendatangkan angin,
tidak tenang, panjinya berada dibelakang, kemuliaannya dihari kemudian,
gedungnya didepan, memperlihatkan harta bendanya, wuku Tolu = lengkawa kuwung,
angkuh, tak dikira celakanya terkena taring / tanduk. Sedekahnya : nasi gurih
dan beras sepitrah dengan lauk daging ayam (bulunya sembarang) dimasak lembaran
(ingkung) dengan doa kabul, selawatnya 4 keteng. Kalanya : berada di Barat Laut
menghadap Tenggara, selama 7 hari dilarang berjalan kearah tersebut (kedudukan
kala)
6.          
Wuku Gumbrek.
Dewanya Bumi Batara Cakra, kayunya waringin, wataknya : tempat berlindung,
burungnya ayam hutan, disayangi bangsawan, gedungnya berada disebelah kiri,
ihlas, kakinya terendam air, perintahnya dibelakang panas dimukanya dingin /
tenang tetapi harus dilaksanakan. Gumbrek = geter pater wong tinungku abane
(orang takut membantah perintahnya), celakanya jika tenggelam. Sedekahnya nasi
dari beras sepitrah dengan lauk pindang ayam brumbun dan 9 macam kuluban.
Doanya : rajukna, selawatnya 4 keteng. Kalanya : berada diselakatan menghadap
Utara, dilarang kearah tersebut selama 7 hari. (kedudukan kala)
7.          
Wuku Warigalit.
Dewanya Bumi Batara Asmara, kayunya sulastri, tiada berbunga dan buahnya dapat
menjadi obat, tanamannya pada bangsawan, burungnya kepodang, wataknya
cemburuan, menghadap candi, selalu bersusah hati. Warigalit tan nganti sandang
pangane = hidup selalu dalam kekurangan, celakanya jika tersangkut. Sedekahnya
: nasi dari beras sepitrah dengan lauk daging rancaban digegog doanya penolak
celaka (tulak bilahi) selawatnya 4 keteng. Kalanya : berada diatas menghadap
kebawah. Dilarang memanjat selama 7 hari.
8.          
Wuku Warigagung.
Dewanya Bumi Batara Maharesi, kayunya cemara, wataknya jika berbicara sangat
ramai, angkuh, suka ber­buat buruk, burungnya betet, dapat mencari makan,
gedungnya berada di muka dan belakang, hemat tetapi jika perlu tidak sayang
pada uang, panjinya berada dibelakang, kemuliaannya dikemudi­an hari.
Warigagung = ketug lindu, artinya : orang yang memper­hatikan sekali kehidupannya,
celakanya dibuat oleh sahabatnya. Sedekahnya : nasi gurih; dengan lauk daging
bebek yang putih dimasak lembaran (ingkung) secara gurih, dengan 5 macam kulub­an.
Doanya rasul, selawatnya 4 keteng. Kalanya : berada di Utara menghadap Selatan,
selama 7 hari dilarang menuju kearah ter­sebut.
9.          
Wuku
Julungwangi. Dewanya Bumi Batara Sambo, kayunya cem­paka, banyak yang
menyenangi, burungnya ketilang, pandai ber­bicara, menghadap air pasu, ihlas
memberikan hartanya, baik hati, tak suka menyimpan harta benda, panjinya berada
dimuka, disayangi bangsawan, celakanya diterkam singa. Sedekahnya : nasi kebuli
(nasi gurih yang diwarnai dengan kecap/merah) de­ngan lauk daging ayam merah
dicampur dengan nasi. Doanya penolak celaka (tulak bilahi), selawatnya kucing.
Kalanya : berada di Barat Daya menghadap Timur Laut, selama 7 hari dilarang me­nuju
kearah kala.
10.      
Wuku Sungsang.
Dewanya Bumi Batara Gana, kayunya tangan, wataknya selalu menggunakan tangannya
untuk mengerjakan sesuatu, burungnya Nuri, boros, ihlas jika hartanya diminta
akan tetapi selalu tidak merasa bahagia, tamak. Sungsang = mega mendung,
artinya berhati gelap, celakanya jika terkena besi. Sedekahnya : nasi dari beras
sepitrah dengan lauk daging bebek dan ayam yang dimasak sesukanya, 9 macam
kuluban dan doa­nya : slamet kabul. Kalanya : berada di Timur menghadap Barat,
dilarang berjalan kearah tersebut selama 7 hari.
11.      
Wuku Galungan.
Dewanya Bumi Batara Kamajaya, kayunya tangan, wataknya : jika mengerjakan
sesuatu memakai tangannya, burungnya bido, keras hatinya, menyukai miliknya
sendiri walau buruk, memangku bokor berisi air, wataknya dermawan serta boros.
Galungan = andap asor, artinya tidak mempunyai pendirian yang tetap, celakanya
berkelahi. Sedekahnya : nasi dari beras sepitrah dengan lauk pindang daging
kambing atau ayam hitam, yang mulus, doanya : klemat pina, selawatnya 60
keteng. Kala­nya : berada di Timur Laut menghadap Barat Daya, selama 7 hari
dilarang menuju kearah tempat kala.
12.      
Wuku Kuningan.
Dewanya Bumi Batara Indra, kayunya Wijaya­kusuma, wajahnya menarik (bagus),
burungnya rang-urangan, kikir. Kuningan = pinuteja, artinya : berhati selamat,
celakanya jika diamuk. Sedekahnya : nasi kuning dari beras sepitrah dengan lauk
rancaban goreng, doanya slamet kabulna, selawatnya mata uang yang baru sejumlah
25 keteng.
13.      
Wuku Langkir.
Dewanya Bumi Batara Kala, kayunya cemara sol dan kayu ingas, wataknya tidak
dapat menjadi pelindung, sangat panas, burungnya gemak, lancang dan berani,
tingkah lakunya buruk tak dapat dipercaya. Langkir = uripe sarwa oyod, artinya
tidak memperdulikan nasihat yang baik, celakanya jika kecurian dan berkelahi.
Sedekahnya : nasi pulen dari beras sepitrah dengan lauk daging kambing atau
ikan yang dimasak lembaran (ingkung) dan sayur yang bermacam-macam doanya :
slamet pina. Kala­nya : berada di Tenggara menghadap Barat Laut, selama 7 hari dilarang
menuju kearah kala.
14.      
Wuku Mondasia.
Dewanya Bumi Batara Brahma, kayunya asam, dan sebagai tempat berlindung,
burungnya platuk bawang, kuat bekerja, gedungnya yang di depan tertutup, hemat,
kalau memberi senang jika dipuji, gila hormat. Mondasia = anggarakasih, arti­nya
: menjadi pelindung, tidak dapat akur dengan saudara, celaka­nya jika kena
taring. Sedekahnya : nasi 2 piring, daging ayam berbulu merah yang dipindang
serta ditambahkan nasi among-among (nasi putih dengan lauk kuluban), doanya :
slamet, selawat­nya uang yang baru sebanyak 40 keteng. Kalanya : berada di­bawah
menghadap ke atas, dilarang memanjat selama 7 hari.
15.      
Wuku
Julungpujud. Dewanya Bumi Batara Guritna, kayunya rembuyut, pemandangannya
baik, sering dicari orang walau tidak berbunga, burungnya emprit tondang,
wataknya : beruntung, jadi bahan pembicaraan yang baik. Julungpujud = lengkawa,
arti­nya : menyenangkan hati orang, celakanya jika ditenung / guna­guna.
Sedekahnya : tumpeng dengan lauk daging ayam merah, selawatnya 50 keteng.
Kalanya : berada di Barat Laut menghadap Tenggara, selama 7 hari dilarang
berjalan kearah tersebut.
16.      
Wuku Pahang.
Dewanya Bumi Batara Tantra, kayunya gendayakan, sebagai pelindung orang yang
sakit, burungnya cocak, wataknya : mudah mengeluarkan perkataan, mempunyai
kedudukan/jabatan, gedungnya dimuka, ihlas akan hartanya, ucapannya memanaskan
yang mendengarkan, airnya berada disebelah kiri, serong. Pahang = ora pinuju
ngati, artinya : iri hati, celakanya jika dianiaya. Sedekahnya : nasi gurih dari
beras sepitrah dengan lauk ayam yang berbulu putih dimasak lembaran (ingkung),
doanya rasul, selawatnya 40 keteng. Kalanya : berada di Selatan menghadap
Utara, selama 7 hari dilarang menuju arah tersebut.
17.      
Wuku Kuruwelut.
Dewanya Bumi Batara Wisnu, kayunya, parijata, burungnya sepahan, halus budinya
akan tetapi selalu salah, selalu bersedih. Kuruwelut = air dalam pasu yang
jernih, artinya selalu selamat, celakanya jika terkena peluru, Sedekah­nya :
kambing tujah/topeng dengan doa slamet kabulna (selamat terkabul), selawatnya 1
dinar emas. Kalanya : berada diatas meng­hadap kebawah, selama 7 hari dilarang
memanjat.
18.      
Wuku Marakeh.
Dewanya Bumi Batara Surenggana, kayunya trengguli, bunganya tidak berguna,
artinya tidak dapat disuruh pergi jauh, buah­nya yang indah dipuji orang,
panjinya terbalik, kehormatannya dekat, gedungnya diujung, menunjukkan kebaikan
hati tuannya. Marakeh = damar agung marapit, artinya selalu ingat, celakanya
jika dianiaya. Sedekahnya nasi gurih dengan lauk lembaran/ingkung, 5 macam
kuluban dan jadah yang dibeli (juwadah tukon), doanya penolak celaka (tulak bilahi),
selawatnya 100 duit. Kalanya berada di Utara menghadap Selatan, selama 7 hari
dilarang menuju arah tersebut.
19.      
Wuku Tambir.
Dewanya Bumi Batara Siwa, kayunya beracun tidak dapat dipergunakan sebagai
pelindung, burungnya prenjak, besar kemauannya, pada lahirnya Batara Siwa baik,
tetapi di batinnya selalu mengharapkan hasil. Gedungnya berada disamping, watak­nya
suka memuji diri sendirt. Tambir = anggara kasih upas racun, artinya : tidak
berbudi / tidak baik budinya, celakanya jika difitnah orang. Sedekahnya nasi
pulen dan nasi gurih dengan lauk daging bebek dan ayam yang dipindang, doanya :
slamet pina, selawatnya sebatang jarum dan pisau dari baja. Kalanya : berada di
Barat Daya menghadap ke Timur Laut dimana selama 7 hari dilarang menuju kearah
tersebut.
20.      
Wuku
Madangkungan. Dewanya Bumi Batara Basuki, kayunya plasa, menjadi bunga hutan,
burungnya pelung, wataknya suka pada air (mata pencahariannya di laut), pada akhirnya
berbudi baik, gedungnya diatas, pasrah akan takdir / ihlas. Madangkungan =
unen-unen kang mbarung, artinya senang berbicara banyak, celakanya terbunuh pada
malam hari. Sedekahnya nasi punar de­ngan lauk ayam goreng dari ayam yang
berbulu wiring kuning serta bubur merah, yang disajikan bersamaan pada saat hari
kelahirannya, doanya ngumur. Kalanya : berada di Timur menghadap Barat, dilarang
bepergian kearah tersebut selama 7 hari.
21.      
Wuku Maktal.
Dewanya Bumi Batara Sakri, kayunya nagasari, burungnya ayam hutan, disenangi
orang banyak, manis tutur katanya, pengabdiannya diterima, gedungnya bagian
atas diberi kibaran panji/umbul-umbul, kekayaan dan pangkat/derajad datangnya
bersamaan. Maktal = poncawarna amor angin, artinya berhati lapang, celakanya
jika berkelahi. Sedekahnya nasi pulen dan nasi gurih dengan lauk pindang bebek
dan ingkung ayam, doa­nya : memule andika Nabi dan slameting Adam. Kalanya :
berada di Timur Laut menghadap Barat Daya, selama 7 hari dilarang me­nuju arah
tersebut.
22.      
Wuku Wuye.
Dewanya Bumi Batara Kuwera, kayunya tal, wataknya : panjang usianya, burungnya
gogik, cemburuan, menyiapkan didekat­nya sebilah keris, artinya : tajam
berfikirnya, gedungnya terbuka, terhadap kekasihnya selalu ihlas, kedua kakinya
terendam air, kepada sesamanya selalu menyenangkan, mengerti akan segala
kebaikan, jika perintahnya tidak diturut lekas putus asa. Wuye = getih tinubing
ngarum arum, awor kukusing sanjata, artinya : orang yang cepat berputus asa.
Sedekahnya : segala macam jajan pasar, jadah yang dibeh satak sawe, madu (dari
kesemuanya ini harus dibeli terlebih dahulu), doanya : penolak celaka (tulak
bilahi). Kalanya : berada di Barat menghadap Timur, dilarang berjalan kearah
tersebut selama 7 hari. Wuye memikat burung dengan makanan.
23.      
Wuku Manail.
Dewanya Bumi Batara Gatra, kayunya tigaron, sedikit faedahnya, burungnya
sepahan, serba baik makanan, memangku tombak, firasatnya tajam, menyibakkan
air, perintahnya dingin (harus terlaksana). Manail = lintang agung awor
mungsuh, artinya : orang yang selalu curiga, celakanya jika kena besi. Sedekahnya
: nasi liwet, lauknya ayam dan ikan bermacam-macam sayur, sambel gepeng, doanya
: ngumur, selawatnya : uang 10 keteng yang baru. Kalanya : berada di Tenggara
menghadap ke Barat Laut, selama 7 hari dilarang bepergian kearah tersebut.
24.      
Wuku
Prangbakat. Dewanya Bumi Batara Bisma, kayunya tirisan, panjang usia, banyak
rejeki, angkuh, burungnya urang-urangan, tangkas, kaki bagian muka terendam
air, perintahnya mula sekali dingin lalu panas. Prangbakat = anggarakasih wesi
katen purasani artinya : orang yang kaku hatinya, celakanya jika memanjat.
Sedekahnya nasi dari beras sepitrah lauknya daging lembu yang dimasak jajatah
dan bumbu manis, urab dari macam-macam kuluban, doanya : slamet pina,
selawatnya : kawul. Kalanya : berada dibawah menghadap keatas, selama 7 hari
dilarang memanjat. Prangbakat kayu gede sempal dening alilawar.
25.      
Wuku Bala.
Dewanya Bumi Batara Durga, kayunya cemara, senang berbicara / ngobrol, angkuh,
perbuatannya jelek, burungnya ayam hutan, disayangi bangsawan, gedungnya
dimuka, menunjukkan harta bendanya, berjiwa Durga, artinya : tidak mengenal
takut akan sesamanya. Bala = sarwa tiba ing sela mangsa, artinya : acapkali
membuat huru-hara, celakanya jika ditenung atau diracun. Sedekah­nya nasi dari
beras sepitrah, lauknya ayam panggang (berbulu hitam), 7 macarn kuluban,
doa-nya : rajukna, selawatnya : uang suwang (kira-kira Rp 0.085). Kalanya : berada
di Barat laut menghadap Tenggara, dilarang menuju kearah tersebut selama 7 hari.
26.      
Wuku Wugu.
Dewanya Batara Singajanma, kayu wuni, menarik untuk dilihat tidak untuk
dimakan, burungnya kepodang, watak­nya cemburuan, kurang pergaulan, gedungnya
dibelakang, kikir. Wugu = akasa awang-awang, uwung-uwung, artinya hatinya terbuka,
celakanya jika terkena racun. Sedekahnya : nasi dari beras sepitrah dengan lauk
ingkung 2 ekor bebek putth, berbagai jajan pasar, doanya : slamet kabulna
(selamat kabulkan), selawatnya 10 keteng. Kalanya ; berada di selatan menghadap
utara, selama 7 hari dilarang menuju ke arah tersebut.
27.      
Wuku Wayang.
Dewanya Bumi Batara Sri, kayunya cempaka, banyak yang menyukai, pengaruhnya
besar burungnya ayam hutan, disayangi bangsawan, berbadan Sri, cantik, mulia,
menatap air dalam pasu, ihlas dan berbakti, menduduki air, berhati tenteram,
barang yang tajam dihindarinya, pada awalnya berbudi lancar, akhirnya ruwet.
Wayang = pradangga pati, artinya membikin jelas segalanya /memberikan penger­tian,
celakanya jika dibunuh. Sedekahnya : kambing yang kendit (diwujudkan hidup),
juadah suci (tanpa campuran dalam membuatnya), doanya : ngumur dengan dihadiri
(yang mengepung berkataan itu) 40 orang. Kalanya berada di atas menghadap
kebawah, selama 7 hari dilarang memanjat. Wayang mega lumaku patine andaka
wana.
28.      
Wuku Kulawu.
Dewanya Bumi Batara Sadana, kayunya tal, panjang usianya, burungnya nuri, ihlas
tanpa menginginkan sesuatu, berwi­bawa, duduk di air, wataknya : berhati
lapang. Kulawu = bun tiba ing sendang agung, artinya pagan, yaitu dapat
menyesuaikan diri, celakanya jika terkena racun/digigit ular. Sedekahnya
masakan sesukanya dari daging bebek, ayam dan burung secara bersama, doanya :
kabulna (kabulkan). Kalanya berada di Utara. menghadap Selatan, selama 7 hari
dilarang berjalan menuju arah tersebut.
29.      
Wuku Dukut.
Dewanya Bumi Batara Sakri, kayunya pandan, tempat kediamannya sulit diketahui,
burungnya ayam hutan, disayangi bangsawan, dikanan clan kirinya ada keris
terhunus yang mendampinginya, artinya : banyak keinginan dan ber­perasaan
halus, gedungnya dibelakang, menerima takdir Dewa, kikir. Dukut = suket tunggal
asri, larangane Adipati, celakanya di medan peperangan. Sedekahnya : nasi dari
beras sepitrah dengan lauk ayam panggang (berbulu putih mulus) dan bubur merah.
Doanya : slamet pina, selawatnya tiga belah keteng. Kalanya : berada di Barat
Daya menghadap Timur Laut, selama 7 hari dilarang berjalan kearah tersebut.
30.      
Wuku
Watugunung. Dewanya Bumi Batara Anantaboga, kayunya Wijayakusuma, burungnya
gogik, menyenangi ketenangan, ber­sikap seperti pendeta, berbadan naga jantan
dan betina, menghadap candi, selalu bersemedi. Watugunung = gerah uripe,
artinya orang yang banyak tingkah lakunya, celakanya jika dianiaya. Sedekahnya
: ketupat dan Juadah, berbagai jenis makanan kecil yang memenuhi cita rasa (6 macam)
: manis, asin, masam, sepat, pedas, pahit doanya : barik. Kalanya : berada di
Timur menghadap ke Barat, selama 7 hari dilarang menunju kearah tersebut.
Catatan : dibawah ada keterangan tempat wuku yang baik dan buruk ; karena
jika diketahui akan sangat berfaedah ; Wuku ke 30 berasal dari perhitungan tipu
muslihat saat Sanghyang Wisnu ber­perang dengan Prabu Watugunung. Ceriteranya :
Prabu Watugunung adalah orang yang tidak dapat mati oleh berbagai senjata,
tetapi mati atas kehendaknya sendiri setelah kalah dalam berdialog dengan Sang­hyang
Wisnu. Kematian Prabu Watugunung tersebut diikuti oleh kedua permaisurinya :
Dewi Sinta dan Dewi Landep beserta putranya sebanyak 27 orang. Kesemuanya itu
lalu menjadi nama Wuku, lengkap­nya ada 30 wuku. Wuku yang ke 30, adalah tempat
kedudukan Prabu Watugunung (sanghyang Wisnu dikeroyok dan terkurung, tetapi ber­hasil
lolos karena mengetahui kelemahan kedudukan musuh. Amanat sanghyang Wisnu
kepada para prajurit yang akan berangkat ke medan perang/menyerbu musuh agar
supaya tidak terjadi kekeliruan menyerang wuku kejayaan, seperti dibawah ini :
Previous
Next Post »
0 Komentar


KI BANJAR SEKAR HANYA MEMILIKI NOMOR TELPON SMS Center :082338414413 DAN BB Messenger D9FF5213 SELAIN DI LUAR BLOG INI KELUARGA BESAR PADEPOKAN COKRO BUMI TIDAK BERTANGGUNG JAWAB APABILA ANDA MEMAHARI BENDA BERTUAH ATAU MUSTIKA LAINYA ,UNTUK PEMESANAN BARANG HARAP HATI-HATI KARENA BANYAK MODUS PENIPUAN YANG BARANG AKHIRNYA TIDAK SAMPAI HARAP DIPERHATIKAN NO TELPON HP KAMI.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.